SANTA CECILIA
Arti nama Cecilia/Cicilia mempunyai maksud lembut, pandai menjaga
perasaan orang lain. penuh inspirasi dan kreatif. selalu diberkati. memiliki
keahlian dalam berbicara. artistik, memiliki selera yang bagus. pionir dan
pengambil risiko…
Bentuk
Feminim dari nama Latin "Caecilius". Berasal dari
kata latin “caecus” yang berarti :“Buta”
Riwayat Hidupnya
Memulai untuk mengenal Santa ini, hanyalah
diketahui bahwa Cecilia hidup pada masa awal Gereja. Ia adalah seorang gadis
bangsawan Romawi. Kehidupan sebagai seorang gadis bangsawan dengan gaun-gaun
indah seperti kebanyakan pada zaman itu tidak pernah ada di dalam diri Cecilia.
Ia lebih memilih mengenakan sehelai baju kasar daripada mengenakan gaun-gaun
indah sebagaimana layaknya seorang gadis bangsawan. Tubuhnya yang halus
terbalut oleh baju kasar telah membuatnya menderita dari segala bentuk
penghinaan, namun segala penderitaannya itu dipersembahkan sebagai silih bagi
Sang Pengantin yang telah dipilihnya yaitu Kristus. Di masa mudanya, ia telah
mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dengan seuntai janji kesucian dan
kemurnian hati yang akan diberikan kepada Kristus yang telah dipilihnya sebagai
Pengantin seumur hidupnya.
Sebuah tantangan harus dihadapi oleh Cecilia yakni ketika sang
ayah menikahkannya dengan seorang bangsawan yang bernama Valerian.
Valerian, sang suami yang dipilih oleh ayahnya berbeda sekali dengan dirinya
sebagai seorang kristiani. Valerian adalah seorang penyembah berhala yang tidak
mempercayai adanya Tuhan.
Ketika pesta pernikahan berlangsung dan semua orang bersuka ria
serta menari dalam pesta itu, Cecilia yang cantik duduk menyendiri. Di dalam
hatinya, ia melambungkan mazmur kepada Tuhan dan berdoa memohon
pertolongan-Nya. Ia tidak mau mengingkari janjinya kepada Pengantin Surgawinya.
Di saat Cecilia dan Valerian suaminya tinggal berdua, ia
memberanikan diri untuk berkata kepada Valerian: “Aku mempunyai suatu rahasia
yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku mempunyai seorang malaikat
Allah yang menjagaiku. Jika kamu menyentuh aku di dalam perkawinan ini,
malaikatku akan marah dan kamu akan menderita. Jika engkau memperkenankan aku
memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja maka malaikatku akan
mengasihimu seperti ia mengasihiku.”
Meskipun Valerian seorang kafir, tetapi hatinya sangatlah lembut.
Mendengar perkataan istrinya itu, Valerian mengatakan: “Tunjukkanlah kepadaku
malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.”
Kemudian Cecilia menjawab, “Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar
serta menerima air pembaptisan maka engkau akan melihat malaikatku.”
Pada akhirnya, Valerian terkesan oleh iman kekristenan yang telah
dimiliki Cecilia, isterinya. Segera Valerian pergi menemui Uskup Urban yang
menerimanya dengan gembira. Setelah Valerian mengucapkan pengakuan iman
Kristiani, ia pun dibaptis dan sesudahnya kembali menemui Cecilia. Di samping
isterinya, Valerian dapat melihat malaikat yang menakjubkan.
Malaikat itu berbicara kepadanya: “Aku mempunyai suatu mahkota
bunga untuk kalian masing-masing yang dikirim dari surga. Jika kalian tetap
setia kepada Tuhan maka ia akan memberikan penghargaan dengan wangi semerbak
surga abadi yang kekal.” Kemudian malaikat itu memahkotai Cecilia dengan bunga
mawar dan Valerian dengan suatu rangkaian bunga bakung berbentuk lingkaran.
Keharuman aroma bunga yang semerbak mengisi keseluruhan rumah mereka.
Kejadian tersebut disaksikan juga oleh Tiburtius saudara Valerian
yang pada saat itu tinggal bersama mereka. Malaikat itu menawarkan pula
keselamatan kepada Tiburtius apabila ia mau meninggalkan segala bentuk pemujaan
palsu yang dianutnya. Akhirnya, Tiburtius pun belajar iman Kristiani dari
Cecilia. Kepada Tiburtius, Santa Cecilia mengisahkan Yesus dengan begitu
indahnya sehingga tidak lama kemudian Tiburtius pun dibaptis.
Perjalanan Kemartiran
Perjalanan Kemartiran
Pada zaman itu, kekristenan masih dilarang di Roma, tetapi kedua
kakak beradik ini (Valerian dan Tiburtius) banyak melakukan perbuatan amal
kasih yang mencerminkan kekristenan. Akibat kepercayaan barunya kepada Kristus,
kakak beradik ini ditangkap dan disiksa oleh seorang bernama Almachius yang
memerintah pada saat itu. Namun, mereka tidak gentar sedikit pun ketika hukuman
mati akan diberikan kepada mereka. Mereka tetap memilih iman kepercayaan
barunya meskipun Almachius menawarkan akan membebaskan mereka jika mereka
kembali menyembah kepada dewa-dewa. Dengan gembira Valerian menolak dan
pada akhirnya diserahkan untuk dicambuk. Bersama dengan mereka, ada seorang
yang bernama Maximus yang memproklamirkan dirinya sebagai pengikut Kristus.
Pada akhirnya, ketiganya dihukum pancung sekitar empat mil jauhnya dari Roma
oleh Pagus Triopius.
Cecilia menyaksikan kematian ketiga orang itu. Dia menyaksikan
kematian orang-orang yang dikasihinya dan kepada Tiburtius dia berkata: “Hari
ini aku menyambut engkau saudaraku karena cinta Tuhan telah membuat engkau
menolak berhala.” Cecilia menguburkan mereka pada Katakombe Praetextatus.
Setelah kejadian itu, Cecilia mengubah tempat tinggalnya menjadi
tempat beribadat. Banyak orang-orang kafir yang akhirnya menjadi murid Kristus.
Ketika Paus Urban berkunjung ke rumahnya, ia membaptis 400 orang yang pada
mulanya adalah orang-orang kafir. Karena peristiwa ini maka Cecilia harus
berhadapan dengan Almachius dan dia mengalami hal sama seperti yang dialami
oleh suaminya Valerian, Tiburtius, dan Maximus. Cecilia menerima penyiksaan di
dalam rumahnya sendiri: Cecilia dibakar dalam kobaran api namun api itu tidak
menghanguskannya. Akhirnya, seseorang ditugaskan untuk memenggal kepalanya. Ia
menebaskan pedangnya tiga kali ke leher Cecilia, Seketika itu juga Cecilia
langsung rebah, tetapi ia tidak langsung meninggal. Selama tiga hari, ia
tergeletak di lantai rumahnya sendiri dan tidak mampu bergerak. Ia meninggal
dalam posisi mengacungkan tiga jari dengan tangannya yang satu dan satu jari di
tangannya yang lain. Hal ini dapat dikatakan bahwa di saat kematiannya, Cecilia
masih menyatakan imannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus.
Teladan Hidupnya
Oleh seluruh Gereja, pestanya dirayakan setiap tanggal 22
November. Walaupun tidak mempunyai bukti yang tepat, namun St. Cecilia
pantas dihormati dan diakui sebagai martir karena teladan dan contoh imannya
yang tidak segan-segan bersedia untuk mati dan menjadi saksi mempelai Ilahinya
yakni:
- Di tengah pesta pernikahannya, ia berseru kepada Tuhan di dalam hatinya, “O Tuhan biarkan hati dan tubuhku tetap murni dan aku tidak menghianati penyerahanku kepadaMu.”
- Di hari-hari penyiksaan yang dialaminya, ia tetap berdoa dan berpuasa serta bergantung sepenuhnya kepada perlindungan Tuhan menjelang hari-hari kematiannya.
- Membawa banyak orang penyembah berhala untuk menjadi seorang kristiani termasuk suaminya sendiri.
- St. Cecilia selamanya tetap membawa Injil di dalam hatinya dengan siang malam berdoa dan bersatu dengan Tuhan. Hati dan cintanya telah dinyalakan dan dibakar oleh cinta surgawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar